Rabu, 25 Maret 2009

Mencari Nilai Falsafah Yang Terkandung Dalam Adat Minangkabau

by Amir Husein

Usaha mencari dan menemukan nilai-nilai falsafah yang terkandung dalam adat Minangkabau sebagai salah satu corak kebudayaan Indonesia adalah penting, karena dalam pembangunan kita perlu mempergunakan bahan-bahan dasar Indonesia asli dan tidak meniru nilai luar yang tidak cocok atau dengan kata lain kita sebutkan, jangan sampai Indonesia bernafas keluar badan.

Hendaknya dengan kebudayaan jangan sampai kita menggunakan kebudayaan yang tidak cocok dengan nilai-nilai yang dimiliki bangsa kita yang pada akhirnya sulit dicerna dalam kehidupan.
Dasar falsafah kebudayaan Indonesia yang telah tumbuh dan ada di Indonesia ini harus ditemukan dan dipertinggi mutunya dan disesuaikan dengan kehendak dan tuntutan zaman.
Kebudayaan adalah jelmaan dari falsafah hidup suatu bangsa. Kebudayaan India berdasarkan falsafah India, kebudayaan Cina berdasarkan falsafah Cina dan demikian juga dengan hal kebudayaan yang lain yang ada di dunia ini.
Sehubungan dengan itu nyatalah pentingnya mencari dan menemukan falsafah apa yang menjadi dasar dari kebudayaan Indonesia dan jelas pula keberhasilan pembangunan dilaksanakan sesuai dan sejalan dengan kepribadian Indonesia dengan bangsa Indonesia hanya akan sanggup mengemukakan kepribadiannya dengan menggunakan falsafah kebudayaan.

Keterkaitan dengan sejarah Minangkabau
Kini kita mencoba mengungkap secara singkat sejarah Minangkabau. Dalam “Encyclopaedie Van Nederlandsch Oost-Indie” tahun 1918 mengenai sejarah Minangkabau hal 738 dst, terdapat ungkapan sebagai berikut :
Pada suatu massa diperkirakan dalam abad ke 14 dan 15 terdapat suatu kerajaan bernama Minangkabau yang daerah kekuasaannya meliputi Sumatera Tengah yang letaknya antara kerajaan Manjunto dan Sungai Singkel sebelah barat dan kerajaan Palembang dan Sungai Siak sebelah timur. Teras dari kerajaan yang besar ini terdiri dari kerajaan Minangkabau asli yang kira-kira meliputi daerah Padang darat sekarang ini dan raja-raja kerajaan inilah yang memperbesar daerah pengaruhnya dari barat sampai ketimur yaitu kerajaan Indrapura, Indragiri dan Jambi. Namum menurut dugaan pengaruh dari raja-raja Minangkabau terhadap daerah perbatasan tidaklah besar dan kesatuan kerajaan Minangkabau itu tidak lama bertahan.

Meskipun kerajaan Indrapura, Indragiri dan Jambi akhirnya berdiri sendiri mulai abad 16, tapi raja-rajanya memandang dengan khidmat dan keramat saudaranya raja di kerajaan Minangkabau sebagai yang utama diantara sesamanya.
Kerajaan Minangkabau semakin mengecil setelah seorang rajanya kawin dengan putri sulung raja Aceh yang menyerahkan sebagian daerahnya sebelah pantai sebagai hak turun temurun.
Pada abad ke 17 Belanda masuk kesini maka kerajaan Minangkabau tinggal hanya daerah aslinya saja lagi yaitu Padang Darat.
Menurut cerita turun temurun raja Minangkabau berasal dari Iskandar Zulkarnain (Alexander de Groote) yang mempunyai 3 orang putra masing masing Maharaja Alif menjadi raja di Turki (Rum atau Ruhum), Maharaja Depang menjadi raja di Cina dan Maharaja Diraja menjadi raja di Minangkabau. Bila benar hal demikian maka antara Turki, Cina dan Minangkabau mempunyai kaitan budaya yang perlu ditelusuri.
Beberapa kaitan sejarah Minangkabau yang dapat kita ungkapkan disini, kita bagi dalam 2 fase :

a. Sebelum Kerajaan Minangkabau
Meskipun asal usul Raja Minangkabau sebelumnya tidak diketahui, akan tetapi puncak kejayaannya diketahui setelah abad 13 seperti kita ungkapkan diatas. Zaman ini disebut zaman Jawa-Hindu ketika mendaratnya suatu laskar Jawa yang dikirim raja Kertanegara dari Singosari dalam tahun Caka 1197 (1275 M).
Ekspedisi ini berhasil sebab 11 tahun itu ditepi Batang Hari di pusat Sumatera atas perintah raja Jawa tersebut didirikan sebuah arca dari Amoghapaca dalam perkabaran yang berhubungan dengan itu disebut sebagai raja dari rakyat Sumatera. Mulawarmadewa yang dapat dianggap raja muda.
Demikianpun Adityawarman (kira kira 1346 - 1375) yang paling terkenal dari raja-raja sumatera ini dibawah pengaruh kekuasaan Jawa, setidak tidaknya pada pemerintahan permulaan pemerintahnya dalam negara Kertagama “Menangkabawa” disebut sebagai daerah taklukkan dari kerajaan Majapahit.
Salah satu bukti dari pengaruh Jawa Hindu pada zaman Adityawarman terdapat banyak peninggalan Hindu yang sekarang masih terdapat di Minangkabau. Tapi setelah zaman kejayaan itu tidak terdapat sedikitpun peninggalan sejarah raja Minangkabau. Apa sebabnya dan kapan berakhirnya kekuasaan raja Jawa Hindu itu meninggalkan Minangkabau tidak diketahui.

B. Sesudah Kerajaan Minangkabau
Setelah orang Belanda menetap di Sumatera dalam abad ke 17 terdengarlah kembali sesuatu terhadap kerajaan Minangkabau, berdasarkan keterangan Van Bezel sekitar tahun 1680 saat meninggalnya kaisar Alif raja dari Turki, akibatnya ada perselisisihan raja-raja Minangkabau, maka kerajaan Minangkabau terbagi tiga yakni: Sungai Tarab, Saruaso dan Pagaruyuang. Pada saat itu terjadi perpecahan dalam negeri dalam penetapan raja, hak untuk menduduki tahta tidak diakui oleh beberapa pembesar kerajaan (dagregister 1680 hal 123, 716, 721). Kemungkinan pembagian kerajaan pada waktu itu tidak terjadi.

Asal Usul Nama Minangkabau
Salah seorang ahli sejarah Belanda M. Youstra dalam bukunya “Minangkabau Overzicht Van Land Geschiedenis en Volk” menulis halaman 41-44 sebagai berikut : Asal mula nama daerah ini yaitu Minangkabau berada dalam kegelapan.
Diantara keterangan yang paling banyak mengandung kemungkinan kebenaran adalah dari Van Der Tuuk bahwa asal kata Minangkabau dari kata pinang Khabu yang berarti tanah asal.
Keterangan lain yang menghubungkan kata ini dengan “menang” (minang) dan “Kerbau” (kabau).
Dari C.D. Blagden (Journal of straits branch of the royal asiatic society no. 73) menyimpulkan bahwa nama Minangkabau pada kira kira pertengahan abad 13 pada saat jayanya kerajaan Minangkabau. Sedangkan jauh sebelumnya nama Minangkabau telah lama dikenal dalam cerita kuno.
Bila ada masa kejayaan kebudayaan dan kekuasaan Hindu di Minangkabau, tapi sebaliknya pernah pula ada masa sebelumnya Sumatera berpengaruh terhadap Jawa. Masa itu pasti sebelum tahun 914 M, terbukti terdapatnya barang kuno. Hindu yang pada umumnya berasal dari kebudayaan budha. Peninggalan kuno di Muara Takus barangkali termasuk pada zaman ini, tetapi mungkin juga dari zaman setelah itu.

Falsafah Hidup Orang Minangkabau
Meski sejarah Minangkabau kurang jelas, namun dengan ungkapan petatah dan petitih, kita akan dapat mengetahui nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Melalui cara ini kita akan mengetahui tata cara hidup orang Minangkabau dari dahulu sampai sekarang. Menurut kita falsafah hidup ini penting dipelajari agar kita tahu bagaimana masyarakat Minangkabau mencapai kebahagian dari masa ke masa dan bagaimana pula sikapnya terhadap orang diluar lingkungannya.
Bahkan lebih dari itu terdapat banyak falsafah hidup orang Minangkabau dengan wawasan nasional, regional dan International.
Sebelum merinci satu persatu falsafah hidup didalam lingkungan orang Minangkabau, perlu diungkapkan yang bersifat umum seperti “alam takambang jadi guru” yang artinya semua orang bisa belajar dari alam sekitarnya. Falsafah seperti ini bisa dikatakan :
Tidak lekang karena panas
Tidak lapuk karena hujan
Beberapa falsafah hidup orang Minangkabau yang tertuang dalam berbagai pepatah berupa pelajaran dunia akhirat, sehingga dengan mengamalkan falsafah hidupnya orang Minangkabau akan mencapai hidup aman dan sentosa. Kedatangan agama Islam tidak sulit karena agama Islam bertujuan mengantarkan manusia dengan tujuan kebahagian dunia akhirat.
Pelajaran Islam tinggal memantapkan syari’atnya saja, karenanya perkembangan Islam di Minangkabau selalu cocok dan juga lebih cepat dibanding daerah lain.
Demikian kalau diperhatikan dengan seksama, maka seluruh dan fatwa adat Minangkabau yang merupakan dasar falsafah dari adat Minangkabau berdasarkan ayat-ayat Tuhan yang maha esa sama dengan ketentuan yang terdapat didalam alam.
Umpamanya :
Sekali air besar
Sekali tepian berubah
Sekali tahun beredar
Sekali musim bertukar

Jikalau usang di perbaharui
Jikalau lapuk ditupangi
Adat dipakai baru
Kain dipakai usang

Mendung dihulu tanda akan hujan
Terang dilangit tanda akan panas

Bila kita teliti secara seksama, maka dapat disimpulkan begitu jelinya para nenek moyang kita memperhatikan keadaan alam dan begitu juga melakukan antisipasi serta mencontohkan hidup manusia dengan alam sekelilingnya mencari yang baru yang sesuai dengan tuntutan zaman. Salah satu yang penting kita garis bawahi setiap orang Minangkabaumenerima perubahan pengaruh agama dari pengaruh hindu ke agama pilihannya Islam yang sesuai falsafah “Alam Takambang Jadi Guru” tersebut diatas dengan penyesuaian ayat-ayat dalam Al-Qur’an.
Dalam kitab suci Al-Qur’an banyak terdapat ayat ayat mengemukakan alam bagi siapa yang dapat membacanya. Sebagaimana juga dengan ayat yang pertama turun ke Nabi Muhammad yakni Iqra…bacalah, disini jelas ada perintah membaca yang tersirat maupun yang tersurat dari alam ini.
Jadi jelaslah falsafah itu merupakan ilmu dan begitu banyaknya fatwa yang diwartakan nenek moyang orang Minangkabau mengkaji falsafah adatnya.

Karakter Orang Minangkabau
Karakter orang Minangkabau dikaitkan dari pepatah petitih Minangkabau. Adat Minangkabau yang matrilineal, dari melembanganya keturunan menurut ibu di Minangkabau maka berpantang setiap kaum pria tidur dirumah orang tua bila telah mulai dewasa. Bila keadaan masih memaksa harus tidur dirumah orang tua, maka tidak perlu merepotkan cukup tidur di beranda. Akibat dari keadaan tersebut pria Minangkabau terdorong untuk lebih cepat mencari nafkah hidup termasuk mencari punggung yang tidak tertutup. Sikap perantau orang Minangkabau ini tertuang dalam pepatah yakni :
Karantau madang dihulu
Berbuah berbunga belum
Merantau bujang dahulu
Dirumah berguna belum
Adat dan kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran Islam secara berangsur angsur hilang dengan semakin mantapnya ajaran Islam masuk dalam dirinya. Peninggalan sejarah tinggal peninngalan yang tidak perlu dipuji dan dipuja karena diketahui menyesatkan.
Falsafah hidup orang Minangkabau yang tertuang dalam pepatah dan petitih cukup banyak itu, perlu dikaji dan diteliti memperbaiki arahnya guna lebih bersih untuk diterapkan dan diwariskan pada generasi penerus.

Falsafah Adat Merupakan Ilmu
Falsafah adat merupakan ilmu yang tidak bisa diterima begitu saja, karena harus dipelajari memahaminya sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan.

Dalam pepatah dan petitih adat yang tertuang kata tidak hanya cukup diartikan yang tersurat, tetapi harus dicari juga yang tersirat dalam setiap kata pepatah tersebut, misalnya:
Gajah mati meninggalkan gading
Harimau mati meninggalkan belang
Manusia mati meninggalkan nama
Dalam pepatah ini hanya dapat disimpulkan arti nyata saja yakni perbandingan kematian ketiga jenis makhluk Tuhan ini meninggalkan yang nyata yaitu gading, belang dan nama tentu nama baik.
Pepatah ini juga baru sanggup menuntut manusia dalam bentuk cita-cita supaya kelak meninggalkan nama baik setelah tiada.
Lawan dari pepatah diatas adalah :
Keatas tidak berpucuk
Kebawah tidak berurat
Ditengah tengah dilobangi kumbang
Ini pepatah sumpah di Minangkabau yang jelas pada waktu mulai dilontarkan oleh nenek moyang orang Minangkabau belum sanggup menyatakan sumpah agar dilaknati oleh Tuhan dan di azab.
Karena itu menurut Prof. Mr. Nasroen dalam bukunya Minangkabau dan Negeri Sembilan pada bab dasar falsafah Minangkabau, ada 3 rahmat yang diberikan Tuhan kepada nenek moyang Minangkabau yaitu Pikiran, Rasa dan Keyakinan. Faktor 1 dan 2 ada dalam diri manusia sendiri dan faktor 3 ada dalam agama yang diyakini.
Bagi orang Minangkabau yang hendak merantau tidak dilepas begitu saja oleh sang ibu dan ninik mamaknya, tapi diberi bekal moril dan materil, dengan moril dia bisa hidup menyesuaikan diri ditempat yang baru dan dengan bekal materil dia akan bisa berusaha menurut ukuran kemampuannya.
Pepatah yang mengandung moril bagi anak yang mau merantau adalah :
Dimana berdiri,
Disitu bumi dipijak
Disitu langit dijunjung
Masuk kandang kambing mengembek
Masuk kandang kerbau melenguh
Begitu banyaknya pepatah Minangkabau baik cara bermasyarakat, menuntut ilmu, berekonomi, berpolitik dan menjaga keamanan
. Pepatah Bermasyarakat
Hilang sama rugi
Mendapat sama berlaba
Ringan sama dijinjing
Berat sama dipikul

Pulau pandan jauh ditengah
Dibalik pulau siangsa dua
Hancur badan dikandung tanah
Budi baik terkenang jua

Pisang emas dibawa berlayar
Masak sebuah dalam peti
Hutang emas dapat dibayar
Hutang budi dibawa mati

nan merah ialah sago
Nan kurik ialah kendi
Nan indah ialah baso
Nan baik ialah budi

Pepatah Menuntu Ilmu
Berburu kepadang datar
Dapat rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Bagai bunga kembang tak jadi

Tampaknya dalam menuntut ilmu ini terasa masih kurang pepatah yang dimungkinkan belum berkesempatannya orang Minangkabau menuntut ilmu dan baru ada setelah hadist nabi “Tuntutlah ilmu itu mulai dari ayunan sampai keliang kubur, carilah ilmu itu walaupun ditanah Cina”.
Disini jelas kemauan menuntut ilmu sudah mulai maju dan lebih moderat. Karena tanah Cina dikenal terdapat kebudayaan kuno bahkan Islam terlebih dahulu masuk ke negeri ini.

Perekonomian Menurut Adat.
Pepatah yang memanfaatkan perekonomian sangat banyak sekali bahkan lebih menonjol sekali cara berekonomi dan kegotong royongan yang akhirnya menjadi milik nasional.
Sebagai contoh pepatah :
Kebukit sama mendaki
Kelurah sama menurun
Hak nan bersama
Harta yang bermilik
Di Minangkabau terdapat dua jenis harta yakni pusaka tinggi dan pusaka rendah atau disebut juga tembilang besi dan tembilang perak yang pengaturannya diatur pengaturannya diatur pemimpin kaum (penghulu atau Ninik Mamak), harta pencarian oleh ayah.
Dalam mencari nafkah apakah sebagai pedagang, pekerja, petani dan lainnya terdapat pula tuntunan yang di pepatahkan nenek moyang orang Minangkabau:
Kayu pulai di koto alam
Batangnya bersendi sendi
Jika kita pandai dalam alam
Patah tumbuh hilang berganti
Bahkan petuah juga diberikan bagi yang merantau mencari kebutuhan perut yang tidak terisi, punggung yang tidak tertutup dengan pepatah :
Kalau jadi anak ke pekan
Ikan beli belanak beli lebih dulu
Kalau jadi anak merantau
Induk semang cari dahulu
Artinya jika jadi seorang muda pergi merantau, harus cari pemimpin yang bisa mengajarkan berekonomi yang baik.

Cara Berpolitik dan Menjaga Keamanan
Orang Minangkabau adalah ahli-ahli politik karena mendapat pepatah dari nenek moyangnya dengan tujuan tercapainya kebahagiaan bersama melalui musyawarah dan mufakat. Di alam Minangkabau meskipun banyak kerajaan-kerajaan, tetapi penuh dengan pepatah-pepatah dan pemimpin harus berbuat adil :
Raja adil raja disembah
Raja tidak adil raja disanggah
Sedangkan dalam mencapai tujuan ada juga pepatahnya
Ibarat mengambil rambut dalam tepung
Tepung tidak terserak
Rambut tidak putus
Jadi jelaslah hampir seluruh sektor kehidupan dilengkapi dengan pepatah petitih yang bila kita gali kembali, maka kita yakin orang Minangkabau akan lebih unggul dari seluruh kehidupan didaerah lainnya. Dasar falsafah hidup orang Minangkabau memang luas meliputi :
a. Susunan masyarakat
b. Perjalanan masyarakat
c. Perekonomian
Keduniaan dan keakhiratan agar sempurna diatur dalam suatu sistem pergaulan hidup yang tujuannya untuk menjadi kebahagian dunia akhirat, hal yang penting yang berhubungan dengan dunia ialah :
a. Seorang pribadi
b. Pergaulan hidup
c. Perekonomian.

Perekonomian Minangkabau yang Bersifat Islami
Bila kita telusuri sejarah kehidupan orang Minangkabau mulai dari sebelum masuk Islam, maka dapat kita simpulkan telah punya dasar-dasar yang kuat. Karena itu Islam dapat memperkuat dan penyempurna.
Kita bersyukur pada Tuhan, bahwa suatu bagian penduduk bumi yang mempersiapkan diri sebelumnya menantikan ajaran Nya. Akhirnya baku menjadi “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” (ABS SBK) yang kini dipegang teguh oleh setiap orang yang mengaku dirinya sebagai orang Minangkabau.
Menurut penulis penamaan alam Minangkabau bagi daerah yang sangat cocok biar bagaimana masuknya pengaruh luar, namun masyarakatnya harus tetap berpegang pada pepatah alam terkembang jadi guru.
Disini ada perubahan pandangan maju karena adanya pengkajian terputus-putus untuk mempelajari alam, apalagi terkait dengan ilmu Allah, maka manusia Minangkabau tidak akan sombong dan takabur terhadap pencipta alam berikut isinya.
Sekalipun orang Minangkabau pernah sebagai pemeluk Hindu dan Budha bahkan sebelumnya animisme, tetapi setelah Islam masuk maka ajaran Hindu, Budha, dan animisme berangsur angsur hilang.
Yang perlu ditelaah sekarang guna menguji keampuhan dari filosofi terdahulu adalah perkiraan diungkapkan atau sampaikan pepatah para pendahulu Minangkabau. Ini perlu guna menguji kemampuan orang Minangkabau sejak zaman purbakala hingga zaman sekarang ini.
Perlu atau tidaknya kita melestarikan falsafah ini nantinya tentu berhasil tidaknya kita menetapkan apakah falsafah Minangkabau itu memang tak lekang kena panas, tak lapuk karena hujan.

Penulis adalah pengamat sosial

Sumber : BSP No. 40-41, 1992
Disadur oleh : Dewis Natra

Tidak ada komentar: